Kisah Nyi Sadea, Sang Penari Penghuni Terowongan Lampegan yang Seram

 



suaritoto-Cianjur - Bicara soal tempat seram, Cianjur punya Terowongan Lampegan. Ada cerita tentang Nyi Sadea dan tuan Boghman, makhluk tak kasat mata yang menghuni terowongan itu.

Sekitar pukul 21.00 WIB, langit sudah begitu gelap. Hujan gerimis yang turun sejak sore membuat suasana begitu mencekam. Ditambah lagi kabut tipis menyelimuti kawasan Kecamatan Campaka, Cianjur, tepatnya di Kampung Lampegan.


Penerangan yang terbatas di kampung yang menjadi lokasi salah satu terowongan tertua di Indonesia, yakni Terowongan Lampegan, membuat orang enggan untuk keluar rumah saat malam hari.


Di balik kegelapan, terowongan yang penuh dengan kisah mistis itu membuat bulu kuduk merinding. Apalagi di balik terowongan tua itu, terdapat kisah misterius hilangnya Penari Nyi Sadea yang dipercaya diculik sosok gaib.


Bahkan mitos yang beredar di masyarakat, Nyi Sadea juga kini menjadi sosok penunggu terowongan yang sesekali menampakkan diri dengan mengenakan kebaya merah.


Sekadar diketahui, Terowongan Lampegan dibangun pada tahun 1879 sampai dengan 1882 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen (SS).


Nama terowongan dan stasiun Lampegan ini berasal dari kejadian saat Terowongan Lampegan dibangun. Pada saat dibangun terjadi dialog antara para pekerja terowongan, "Lamp pegang" atau "Lamp aan" yang berarti nyalakan atau pegang lampunya.


Namun, ada beberapa yang menyebut bahwa kata lampegan berasal dari kata bahasa Sunda yang merujuk pada tumbuh-tumbuhan kecil.


Setelah rampung, Belanda menggelar acara peresmian dengan menampilkan seni budaya jaipongan dengan penari berparas cantik bernama Nyi Sadea.


Penampilan jaipongan itu digelar pada malam hari, bahkan hampir mendekati tengah malam.


Paras yang cantik serta kemolekan tubuh yang dibalut kebaya merah membuat para penonton terutama para petinggi dari Belanda terpukau. Terlebih Nyi Sadea memang terampil dalam menari Jaipongan, sehingga penampilannya menjadi pusat perhatian.


"Nyi Sadea ini penari Jaipong yang terkenal, selain karena memang terampil menari juga wajahnya cantik membuat siapapun yang melihat pasti terpana," ungkap Abah Pardi alias Abah Uje, tokoh masyarakat Kampung Lampegan.





Namun seusai tampil, Nyi Sadea tiba-tiba menghilang. Penari yang turun dari arah belakang panggung yang tepat berada di mulut terowongan itu tak menampakkan diri.


Alhasil hilangnya Nyi Sadea membuat semua yang hadir dalam acara tersebut panik dan mencarinya.

"Sempat dicari tapi tidak ada, kalaupun masuk ke terowongan kan dijaga pasti ada yang lihat," kata dia.



Abah Uje, mengungkapkan kala itu warga percaya apabila Nyi Sadea diculik ke alam gaib oleh sosok Tuan Boghman. "Mitosnya dibawa ke alam lain oleh sosok Tuan Boghman, orang Belanda yang merupakan petinggi perkebunan yang sudah meninggal sejak lama," ungkapnya.



Usai menghilang secara misterius, sosok Nyi Sadea kerap menampakkan diri dengan pakaian yang sama saat terakhir kali tampil, yakni kebaya merah.



"Kadang menampakkan diri, baik ke yang melintas jalan kereta, yang melintas terowongan saat malam hari, atau berkeliaran di sekitar kampung," tuturnya.


Sesekali Nyi Sadea juga terlihat oleh para penumpang kereta. Biasanya sosok tersebut terlihat di lubang yang berada di dalam terowongan, tempat orang-orang bersembunyi kala kereta melintas.



"Kalau memang sedang apes, bisa ditampakan sosok Nyi Sadea. Kadang juga sosok Belanda yakni tuan Boghman yang muncul. Sosok ini yang dipercaya masyarakat mendiami terowongan Lampegan hingga saat ini," pungkasnya.


0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama